Ada satu adagium yang perlu dicarikan kebenarannya yaitu adagium jangan larang si kecil. Maksud dari pernyataan singkat ini ialah, orang tua tidak boleh melarang apapun yang dilakukan oleh anak-anaknya. Lantas apakah pernyataan ini benar? Nah, di artikel ini akan dibahas tentang hal tersebut.
Sejatinya adagium jangan larang si kecil didasarkan pada adanya efek negatif jika anak selalu dilarang. Bahkan efek ini sangat berbahaya bagi dirinya baik bagi tumbuh kembang mentalnya maupun psikologi mereka. Nah, di bawah ini akan dijelaskan tentang efek negatif tersebut lalu Anda bisa menarik kesimpulan mengapa adagium tersebut harus ada. Ini dia ulasannya:
1. Si Kecil Menjadi Penakut
Jika setiap aktivitas anak terus dilarang, tentunya mereka tidak akan berani untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang lain berikutnya. Itu artinya, pelarangan yang tidak masuk akal tersebut sejatinya telah mengarahkan anak untuk menjadi penakut. Padahal kalau orang tua mau jujur, tentu keduanya berharap memiliki anak yang pemberani bukan justru sebaliknya.
Maka dari itu, jangan biarkan anak hidup di dalam budaya pelarangan jenis apapun. Kecuali aktivitas yang dilakukannya membahayakan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Jika hanya karena alasan kotor, karena bermain di luar rumah, karena tidak ada yang jaga dan selainnya, lalu anak dilarang untuk melakukan aktivitas-aktivitas, sungguh ini sangat kurang tepat.
2. Kehilangan Pola Pikir Kreatif
Jika Anda ingin memiliki anak yang cerdas, biarkan ia beraktivitas dan bebaskan ia dengan aktivitasnya tersebut. Nantinya, pola pikir anak akan terus berkembang sehingga lahirlah kreativitas yang bagus. Alhasil, anak pun lebih cerdas sehingga bisa mengurus dirinya sendiri serta mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Perlu diketahui, anak yang kreatif adalah syarat mereka akan menjadi sosok yang sukses di usia dewasanya. Yang terpenting orang tua tidak terlalu posesif sehingga melarang apapun yang dilakukan oleh si anak. Sekali saja Anda melarang si kecil, maka bisa dipastikan kreatifitasnya tidak akan muncul dan pola pikirnya akan jauh dari kecerdasan.
3. Enggan Mencoba Hal Baru
Anak yang dibiarkan bebas beraktivitas, otomatis pikirannya akan lebih radikal. Mereka tidak ingin bertahan di satu aktivitas saja sehingga akan mencoba aktivitas yang lainnya. Dari pola pikir inilah, mereka pun pasti akan mencoba hal-hal baru yang belum pernah sekalipun dilihat dan ditemukannya.
Jika anak suka membuat hal yang baru di usia kecilnya, bisa dipastikan kreativitas dan inovasinya saat sudah dewasa akan semakin kuat. Dan perlu diketahui, insan seperti ini yang masih jarang ditemukan di Indonesia. Karena sebagian besar dari mereka lebih suka meniru apa yang ada daripada mencoba melahirkan apa yang sebelumnya tidak ada.
4. Kemandirian Si Kecil Sangat Kurang
Alasan munculnya adagium jangan larang si kecil yang berikutnya, ialah karena kalau aktivitas anak selalu dilarang maka kemandiriannya akan sangat berkurang. Dan ini sangat merugikan kedua orang tua si anak itu sendiri. Sebab, sampai dewasa sekalipun, si anak akan bergantung kepadanya. Padahal sejatinya, anak itu adalah pelindung orang tua ketika sudah lansia bukan justru sebaliknya.
Makanya kalau ingin memiliki anak yang mandiri, didiklah sejak dini dengan cara membebaskan ia beraktivitas. Jangan sedikit-sedikit dilarang. Ingat, pelarangan ini akan terus membekas di otak dan jiwanya sehingga menjadi mental yang sangat sulit untuk dirubah. Jika sudah seperti ini tentu si orang tua yang akan menyesal.
5. Tidak Mengerti Arti Tanggungjawab
Setiap perbuatan dan aktivitas seseorang, pasti di dalamnya juga terdapat tanggungjawab. Nah, dari pernyataan ini, sejatinya orang tua bisa memperkenalkan arti tanggungjawab kepada anak sejak dini. Caranya biarkan ia berbuat dan beraktivitas dan jangan melarang apapun yang dilakukannya.
Kalau pun ada sesuatu yang terjadi akibat perbuatannya tersebut, maka tagihlah tanggung jawab. Semisal, anak membongkar mainan yang baru dibelinya. Biarkan ia melakukan aktivitas tersebut. Tetapi jika si anak tidak bisa merangkainya kembali, maka jangan dibantu, biarkan ia menyelesaikan sendiri hingga waktu yang Anda tentukan.
6. Menjadi Pribadi Tertutup
Sejatinya banyak anak yang berkepribadian tertutup ternyata memiliki pikiran yang cerdas dan kreatif. Hal ini disebabkan pelarangan orang tua yang terlalu berlebihan atas aktivitas dan perbuatan si kecil. Padahal itu adalah sebentuk proses mereka untuk melahirkan kecerdasan dan kreativitas tadi.
Perlu diketahui, anak yang berkepribadian tertutup, akan kesulitan untuk merengkuh kesuksesan. Bahkan, jangankan untuk membuka usaha, berinteraksi dengan masyarakat saja akan sangat jarang karena tipikal tertutup selalu bersanding erat dengan tipikal pemalu yang berlebihan. Lantas apakah akan suksés insan semacam ini?
7. Bakat Si Kecil Tidak Akan Muncul
Kalau orang tua ditanya, lebih menginginkan anak berbakat atau yang tidak, tentu jawabannya anak yang berbakat. Namun ini sangat paradoks. Karena ketika si kecil akan menggali bakat secara alami, orang tua justru mencegahnya dengan pelarangan-pelarangan. Sayangnya banyak orang tua yang tidak sadar dengan kekeliruan semacam ini.
Seharusnya orang tua lebih memberi kebebasan si anak untuk berkreasi. Kalau perlu arahkan dia pada aktivitas yang memang disukainya. Bukan justru melarang karena orang tua sudah memiliki target sendiri. Kalau seperti ini, tentu bakat si kecil tidak akan berkembang dan akan kesulitan untuk merengkuh prestasi.
Jika membaca ulasan di atas, jargon jangan larang si kecil memang benar adanya. Namun, orang tua tetap harus waspada serta harus menjadi pembimbing yang baik. Jika aktivitas yang dilakukan berbahaya, tentu ini tidak bisa dibiarkan. Artinya ialah, silakan membebaskan anak berkreasi dan berinovasi selama aman dan tidak akan memicu masalah.
Ada satu adagium yang perlu dicarikan kebenarannya yaitu adagium jangan larang si kecil. Maksud dari pernyataan singkat ini ialah, orang tua tidak boleh melarang apapun yang dilakukan oleh anak-anaknya. Lantas apakah pernyataan ini benar? Nah, di artikel ini akan dibahas tentang hal tersebut.
Sejatinya adagium jangan larang si kecil didasarkan pada adanya efek negatif jika anak selalu dilarang. Bahkan efek ini sangat berbahaya bagi dirinya baik bagi tumbuh kembang mentalnya maupun psikologi mereka. Nah, di bawah ini akan dijelaskan tentang efek negatif tersebut lalu Anda bisa menarik kesimpulan mengapa adagium tersebut harus ada. Ini dia ulasannya:
1. Si Kecil Menjadi Penakut
Jika setiap aktivitas anak terus dilarang, tentunya mereka tidak akan berani untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang lain berikutnya. Itu artinya, pelarangan yang tidak masuk akal tersebut sejatinya telah mengarahkan anak untuk menjadi penakut. Padahal kalau orang tua mau jujur, tentu keduanya berharap memiliki anak yang pemberani bukan justru sebaliknya.
Maka dari itu, jangan biarkan anak hidup di dalam budaya pelarangan jenis apapun. Kecuali aktivitas yang dilakukannya membahayakan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Jika hanya karena alasan kotor, karena bermain di luar rumah, karena tidak ada yang jaga dan selainnya, lalu anak dilarang untuk melakukan aktivitas-aktivitas, sungguh ini sangat kurang tepat.
2. Kehilangan Pola Pikir Kreatif
Jika Anda ingin memiliki anak yang cerdas, biarkan ia beraktivitas dan bebaskan ia dengan aktivitasnya tersebut. Nantinya, pola pikir anak akan terus berkembang sehingga lahirlah kreativitas yang bagus. Alhasil, anak pun lebih cerdas sehingga bisa mengurus dirinya sendiri serta mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Perlu diketahui, anak yang kreatif adalah syarat mereka akan menjadi sosok yang sukses di usia dewasanya. Yang terpenting orang tua tidak terlalu posesif sehingga melarang apapun yang dilakukan oleh si anak. Sekali saja Anda melarang si kecil, maka bisa dipastikan kreatifitasnya tidak akan muncul dan pola pikirnya akan jauh dari kecerdasan.
3. Enggan Mencoba Hal Baru
Anak yang dibiarkan bebas beraktivitas, otomatis pikirannya akan lebih radikal. Mereka tidak ingin bertahan di satu aktivitas saja sehingga akan mencoba aktivitas yang lainnya. Dari pola pikir inilah, mereka pun pasti akan mencoba hal-hal baru yang belum pernah sekalipun dilihat dan ditemukannya.
Jika anak suka membuat hal yang baru di usia kecilnya, bisa dipastikan kreativitas dan inovasinya saat sudah dewasa akan semakin kuat. Dan perlu diketahui, insan seperti ini yang masih jarang ditemukan di Indonesia. Karena sebagian besar dari mereka lebih suka meniru apa yang ada daripada mencoba melahirkan apa yang sebelumnya tidak ada.
4. Kemandirian Si Kecil Sangat Kurang
Alasan munculnya adagium jangan larang si kecil yang berikutnya, ialah karena kalau aktivitas anak selalu dilarang maka kemandiriannya akan sangat berkurang. Dan ini sangat merugikan kedua orang tua si anak itu sendiri. Sebab, sampai dewasa sekalipun, si anak akan bergantung kepadanya. Padahal sejatinya, anak itu adalah pelindung orang tua ketika sudah lansia bukan justru sebaliknya.
Makanya kalau ingin memiliki anak yang mandiri, didiklah sejak dini dengan cara membebaskan ia beraktivitas. Jangan sedikit-sedikit dilarang. Ingat, pelarangan ini akan terus membekas di otak dan jiwanya sehingga menjadi mental yang sangat sulit untuk dirubah. Jika sudah seperti ini tentu si orang tua yang akan menyesal.
5. Tidak Mengerti Arti Tanggungjawab
Setiap perbuatan dan aktivitas seseorang, pasti di dalamnya juga terdapat tanggungjawab. Nah, dari pernyataan ini, sejatinya orang tua bisa memperkenalkan arti tanggungjawab kepada anak sejak dini. Caranya biarkan ia berbuat dan beraktivitas dan jangan melarang apapun yang dilakukannya.
Kalau pun ada sesuatu yang terjadi akibat perbuatannya tersebut, maka tagihlah tanggung jawab. Semisal, anak membongkar mainan yang baru dibelinya. Biarkan ia melakukan aktivitas tersebut. Tetapi jika si anak tidak bisa merangkainya kembali, maka jangan dibantu, biarkan ia menyelesaikan sendiri hingga waktu yang Anda tentukan.
6. Menjadi Pribadi Tertutup
Sejatinya banyak anak yang berkepribadian tertutup ternyata memiliki pikiran yang cerdas dan kreatif. Hal ini disebabkan pelarangan orang tua yang terlalu berlebihan atas aktivitas dan perbuatan si kecil. Padahal itu adalah sebentuk proses mereka untuk melahirkan kecerdasan dan kreativitas tadi.
Perlu diketahui, anak yang berkepribadian tertutup, akan kesulitan untuk merengkuh kesuksesan. Bahkan, jangankan untuk membuka usaha, berinteraksi dengan masyarakat saja akan sangat jarang karena tipikal tertutup selalu bersanding erat dengan tipikal pemalu yang berlebihan. Lantas apakah akan suksés insan semacam ini?
7. Bakat Si Kecil Tidak Akan Muncul
Kalau orang tua ditanya, lebih menginginkan anak berbakat atau yang tidak, tentu jawabannya anak yang berbakat. Namun ini sangat paradoks. Karena ketika si kecil akan menggali bakat secara alami, orang tua justru mencegahnya dengan pelarangan-pelarangan. Sayangnya banyak orang tua yang tidak sadar dengan kekeliruan semacam ini.
Seharusnya orang tua lebih memberi kebebasan si anak untuk berkreasi. Kalau perlu arahkan dia pada aktivitas yang memang disukainya. Bukan justru melarang karena orang tua sudah memiliki target sendiri. Kalau seperti ini, tentu bakat si kecil tidak akan berkembang dan akan kesulitan untuk merengkuh prestasi.
Jika membaca ulasan di atas, jargon jangan larang si kecil memang benar adanya. Namun, orang tua tetap harus waspada serta harus menjadi pembimbing yang baik. Jika aktivitas yang dilakukan berbahaya, tentu ini tidak bisa dibiarkan. Artinya ialah, silakan membebaskan anak berkreasi dan berinovasi selama aman dan tidak akan memicu masalah.
Discussion about this post